PPP

PPP
Ka'bah, kiblat dimana kita sholat, lambang persatuan umat Islam, di sinilah kita beraqidah yang sama, membangun bangsa dan negara yang sama dengan menampatkan Islam sebagai sumber motivasi dan insfirasi setiap gerakan dan keputusan yang kita ambil
DEWAN PIMPINAN CABANG PARTAI PERSATUAN PEMBANGUNAN KABUPATEN WONOGIRI MENGAJAK SELURUH LAPISAN MASYARAKAT MENGUKUHKAN DIRI

Sunday 4 December 2011

Wirausaha Berbasis Masjid


Oleh Yuli Rahmad

FRASA “Memakmurkan Mesjid” sungguh memiliki makna yang ragam. Bagi sebagian orang, memakmurkan mesjid merupakan upaya mengisi masjid dengan kegiatan-kegiatan sosial dan religius baik berupa dakwah islam, pengajian, latihan pengkaderan, kepemimpinan, dan lainnya.

Setidaknya itulah yang digagas oleh DPC.PPP Kabupaten Wonogiri yang dipaparkan dalam seminar sehari Pemberdayaan Takmir Masjid di Gedung SKB Bulusulur Wonogiri pada 1 Muharom 1433 atau 27 Nopember 2011 yang lalu

Sesungguhnya pemikiran DPC.PPP Kabupaten Wonogiri untuk memberdayakan masjid patut didukung oleh semua pihak, karena masjid mempunyai peran yang sangat strategis sebagai wadah pembinaan dan pengembangan umat, dakwah, pendidikan dan tentu saja sebagai tempat berzikir dan menjalankan sholat. Dukungan terhadap gagasan PPP Wonogiri ini  yang paling utama diharapkan dari Pemerintah Kabupaten Wonogiri, hal ini karena disamping Bupati Wonogiri diusung oleh DPC.PPP, alasan yang sangat utama karena besarnya potensi masjid dan populasi umat Islam Wonogiri. Sebagaimana dicatat oleh Pemkab  jumlah masjid di Wonogiri ada 3000 unit, sedangkan jumlah umat Islam ada 1.080.000 jiwa. Karena itu jika masjid berdaya dan dapat digunakan juga untuk melatih aktivis masjid dan mengembangkan jiwa kewirausahaan sekaligus sebagai embrio pengembangan ekonomi umat, maka rakyat wonogiri akan makmur dan sejahtera. Pemikiran untuk memberdayakan masjid termasuk takmirnya juga sudah menjadi pemikiran para pengambil keputusan di propinsi Aceh, cobalah simak pemikiran Yuli Rahmat berikut ini :
 
Sungguh tak ada yang salah dengan gerakan Pekan Remaja Cinta Masjid (PRCM) yang digerakkan oleh Dinas Syariat Islam setempat. Kegiatan yang ikut disokong oleh Pemerintah Kota Banda Aceh ini merupakan salah satu langkah riil untuk mengisi mesjid dengan berbagai kegiatan konstruktif. Namun pertanyaan kemudian, akan sampaikah dakwah ini kepada seluruh masyarakat yang masih dilanda “kekeringan dapur?”

Berdasarkan kacamata penulis, gerakan PRCM merupakan sebuah input yang harus dilakukan oleh masyarakat secara sadar. Hanya saja, upaya membangun kesadaran di tengah pacekliknya kualitas sosial, moral, dan ekonomi tak mudah. Hampir sangat sulit membaca kemampuan kita untuk mengajak seluruh masyarakat meramaikan mesjid dengan berdakwah atau membaca Alquran. Mungkin kita perlu membangun konsep kreatif agar masyarakat berkegantungan dengan masjid kapan pun dan di mana pun.

Salah satu jalan kreatif yang menurut penulis logis adalah memakmurkan masjid dengan wirausaha. Pengurus dan remaja masjid haruslah mendapatkan akses yang luas untuk mengembangkan bakat wirausahanya di berbagai bidang. Dengan meningkatnya kesempatan peningkatan kesejahteraan mereka, penulis meyakini fakta tersebut dapat memantik masyarakat secara massal untuk meramaikan masjid. 

Manfaat tersebut tidak hanya akan dinikmati oleh personal pengurus masjid yang akan mendapatkan bantuan wirausaha. Lebih daripada itu, masjid juga bisa mendapatkan keuntungan yang riil bila sistem wirausaha tersebut dibangun secara profesional. Haruslah ada pembagian hasil kepada masjid karena pada dasarnya masjid-lah garansi mereka untuk mendapatkan modal usaha. Dengan demikian, masjid tidak lagi terkesan menjadi peminta-minta dari pihak luar ketika membutuhkan materi tertentu. Bahkan jika sistem ini bisa dipertahankan secara berkelanjutan, Masjid akan mampu menggalakkan wirausaha secara massal di masyarakat.

Peran Baitul Mal dan Bank Syariah
Wacana memakmurkan masjid berbasis wirausaha merupakan langkah yang konkrit. Hal ini bisa diterapkan dengan cepat jika pemerintah ikut serta ambil bagian sebagai garansinya (anggunan). Baitul Mal merupakan salah satu lembaga yang bisa dituntut bekerjasama memakmurkan masjid berbasis wirausaha. 

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh, pada dasarnya Baitul Mal Aceh memiliki program modal wirausaha. Program ini sudah direalisasikan sejak tahun 2006 hingga 2011. Sedikitnya dana yang sudah bergulir mencapai Rp 5,8 Miliar. Para penerima manfaat ini berasal dari kalangan mustahik zakat. Selebihnya, calon penerima manfaat akan diverifikasi oleh Tim Baitul Mal baik seperti sudah memiliki usaha sendiri, berpenghasilan di bawah satu juta dan menanggung beban tiga orang lainnya, mendapatkan rekomendasi kepala desa setempat, serta beberapa pra syarat administratif lainnya. Dengan demikian pada dasarnya, secara personal pengurus atau remaja masjid yang memiliki kriteria tersebut dapatlah mendapatkan bantuan wirausaha itu. 

Akan tetapi, keterlibatan personal seperti kesempatan yang penulis uraikan tidak akan mampu memantik keikutsertaan masyarakat secara jamaah dalam mengisi masjid. Karenanya masjid harus memosisikan diri sebagai fasilitator dan garansi, sehingga Baitul Mal bisa membuat program baru dengan memakmurkan masjid berbasis wirausaha. Program ini harus direalisasikan secara terpisah sehingga tercipta pola wirausaha yang dilakukan oleh penggerak masjid. 

Sementara itu, berbicara mengenai pra syarat penerima zakat, hal ini juga tidak akan bertentangan. Pengurus atau remaja masjid bisa diposisikan sebagai kalangan fisabilillahh (orang-orang yang berjuang di jalan Allah). Hal ini sesuai dengan ijtihad para ulama yang melihat fisabilillah dengan perluasan makna. 

Selain Baitul Mal, penulis juga menaruh harapan besar pada berbagai bank, khususnya bank berbasis syariah yang ada di Aceh. Pihak bank juga harus memberikan kesempatan istimewa kepada masyarakat yang terlibat sebagai pengurus atau remaja masjid untuk mendapatkan kredit dalam bentuk modal usaha. Jika tidak demikian, apa juga guna hadirnya Bank Mandiri Syariah, BRI Syariah, BNI Syariah, Muamalat, dan bank-bank syariah lainnya di Aceh jika tak berani berkalkulasi di sektor ini? Untuk itu, harapan ini juga harus disokong oleh pemerintah dan masjid itu sendiri sebagai jaminan dan anggunan.

Bila dilihat dari segi efektifitas dan optimalisasi perguliran dana, penulis meyakini pengurus atau remaja masjid merupakan orang-orang yang mau bekerja keras dan bisa dipercaya. Mereka tak mungkin mengabaikan kewajibannya menunaikan setoran kredit atau dana bergulir tersebut. Kecuali bila usaha yang dijalankannya tidak sesuai dengan target perencanaan bisnis yang telah disusun. Untuk itu, baik Baitul Mal, pihak bank dan masjid harus juga memberikan pelatihan-pelatihan bisnis yang professional dengan tetap mengedepankan pendekatan-pendekatan syariah dan dakwah.

Karena itu sudah saatnya pemerintah membuka jalan-jalan kerjasama ini dengan pihak bank atau mendesak Baitul Mal membuat program wirausaha berbasis mesjid. Aceh harus menunjukkan ketangkasan otonominya dalam memperjuangkan hak-hak rakyat, menuju kesejahteraan yang universal. Jangan sampai Aceh justru menjadi penopang kapitalisme yang hanya menjaga kepentingan para pemilik modal. 

Di sisi lain, masjid juga harus tangkas melihat kesempatan untuk mengisi masjid dengan inovasi-inovasi kreatif. Apa yang penulis sampaikan bukanlah wacana baru yang ada di Indonesia. Di belahan provinsi lainnya, Dewan Masjid Indonesia (DMI) sudah lebih dulu berhasil mempraktikkannya seperti di Masjid Agung Semarang, Jawa Tengah. Nah, haruskah Aceh jadi penonton saja?

1 comment:

Membuka Musywil PPP

Membuka Musywil PPP
Ketua Umum PPP Surya darama ali saat membuka musywil PPP Jawa tengah

Ahmad yani, SH, MH tokoh muda PPPyang vokal di senayan

Ahmad yani, SH, MH tokoh muda PPPyang vokal di senayan

Kompak bersama Tim Pememangan Bupati

Kompak bersama Tim Pememangan Bupati
Tampak pada gambar Ketua PPP Wonogiri Anding Sukiman, S.Pd pakai antribut PPP, bersama Yulinadoko Wakil Bupati , Danar Rahmanto (bupati Wonogiri) dan Imawati Usawatun Chasanah, SH.M.Kn (Bendahara PPP) saat menandatangani kontrak politik dengan cabub dan cawabub

ini buktinya

ini buktinya
Ketua PPP Wonogiri yg juga sekretaris Tim Medalimas, menunjukan banrang bukti berupa baju batik yang disita oleh Tim Medali Mas saat Pemilu kada, tapi itu masa lalu yang penting sekarang maju bersama membangun wonogiri dan melupakan masa lalu, hehehehe

Ketua Umum PPP

Ketua Umum PPP
Ketua Umum PPP Surya Darma Ali saat muktamar PPP di bandung

statstik pengunjung

SRIKANDI PPP

SRIKANDI PPP
PPP sebagai partai politik senantiasa memberi peluang kepada seluruh potensi bangsa termasuk para sikandi partai, tampak Marisa Haq dan Emila Countesa, dari kalangan arti yang masuk PPP

Pemilu 2009

Pemilu 2009
Massa PPP saat mengikuti kampanye pada Pemilu Legeslatif 2009, dan siuap memenangkan pada Pemilu legeslatif 2014

Ketua DPC.PPP Kab. Wonogiri bersama istri

Ketua DPC.PPP Kab. Wonogiri bersama istri
Ketua DPC.PPP Kab. Wonogiri Anding Sukiman, S.Pd bersama Istri Dra. Dewi Purnamawati, siap memenangkan PPP Kabupaten Wonogiri Pada Pemilu 2014, berusaha membangun jaringan 3000 takmir masjid yang menyebar di seluruh kabupaten wonogiri

Followers